Jumat, 14 Maret 2014

Kok Perjamuan Kudus diadakan pada hari Minggu Paska?

Share it Please



Mengapa perjamuan kudus diadakan pada hari Minggu Paska? Mengapa Perjamuan Kudus tidak diadakan di Kamis Putih atau di Jumat Agung? Kok kita beda dengan gereja lain?

Pertanyaan ini tidak jarang disampaikan oleh orang-orang kepada kita, atau mungkin kita juga termasuk orang-orang yang menanyakan akan hal itu dan masih belum mendapatkan jawaban yang jelas sehingga masih bertanya-tanya. Mari kita baca penjelasan di bawah ini:

Setiap Minggu adalah perayaan paska. Kita merayakan Paska sebagai peringatan akan kebangkitan Kristus. Peringatan itu bukan hanya berlangsung tahunan, namun mingguan. Setiap hari minggu adalah perayaan "paska kecil". Itulah sebabnya orang Kristen menggeser ibadah dari Sabtu (sabat) menjadi hari Minggu. Pada setiap ibadah Minggu (paska kecil) umat Tuhan selalu mengadakan perjamuan kudus. Mengapa? Karena pada hari Paska itulah murid-murid bertemu dengan Yesus yang bangkit lalu mengikuti perjamuan bersama Yesus.

Coba kita tengok kembali peristiwa Paska. Ketika Yesus bangkit, tidak ada seorang muridpun yang bertemu dengan Yesus di kubur. Hanya para perempuan yang berziarah ke kubur Yesus yang bertemu dengan-Nya. Para murid masih bersembunyi di balik pintu-pintu yang terkunci karena ketakutan. Tuhan Yesus baru menampakan diri kepada mereka di saat senja, yang berawal dari perjalanan dua orang murid menuju Emaus (Lukas 24:13-35). Yesus berjalan bersama mereka, namun mereka tidak sadar siapa Yesus karena ada sesuatu yang menghalangi mereka ( ayat 16). Menjelang malam Yesus diundang untuk tinggal bersama-sama dengan mereka (ayat 29). Ketika makan bersama, Yesus duduk makan bersama mereka, mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka (ayat 30), saat itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia (ayat 31). Perjamuan ini menjadi puncak pertemuan mereka dengan Kristus yang bangkit. Berbeda dengan  Perjamuan Malam Terakhir yang suasananya suram (karena Yesus akan disalib), Perjamuan Paska ini adalah perjamuan kemenangan, karena Kristus telah bangkit dari maut.

Disini kita melihat bahwa sejak semula, perayaan Perjamuan Kudus selalu terkait erat dengan Paska. Kalau sampai hari ini banyak gereja merayakan perjamuan setiap minggu karena setiap hari Minggu dipandang sebagai "paska kecil". Dalam tradisi eukumenis, dari semua Perjamuan Kudus sepanjang tahun, Perjamuan Kudus pada Hari Paska justru menjadi Feast of Feasts atau Perjamuan terbesar dari semua perjamuan, karena Paska adalah hari iman terbesar bagi orang percaya.

Yang menarik sejak dulu tradisi gereja secara eukumenis tidak mengenal Perjamuan Kudus pada hari Jumat Agung! Kalaupun ada Perjamuan untuk memperingati kematian Kristus, diadakannya pada hari Kamis malam, bukan pada hari Jumat. Mengapa? Karena memang Yesus mengadakan perjauan terakhir pada malam sebelum Ia disalibkan. Jika kita berkata bahwa kita mengadakan Perjamuan Kudus di Jumat Agung dengan tujuan untuk memperingati Perjamuan Terakhir yang pernah Yesus adakan bersama kedua belas murid, maka penempatan di hari Jumat Agung tidak tepat. Mengapa baru diadakan hari Jumat? Bukankah pada hari Jumat Yesus sudah disalibkan? Bagaimana mungkin kita bisa makan dan minum pada saat memperingati kematian Sang Juruselamat? 

Jumat Agung sebagai momen pemeriksaan diri (Censura Morum). 
Jumat Agung adalah peringatan dan pengorbanan diri Yesus sebagai korban tebusan bagi dunia. Pada peringatan Jumat Agung kita kembali membaca dan mendengarkan kisah pergumulan Yesus di Taman Getsemani, penangkapan-Nya, pengadilan-Nya, sampai Ia disalibkan dan mati. Kisah yang menunjukkan betapa kasih Tuhan pada kita. Peristiwa ini menjadi saat yang tepat untuk membandingkan teladan Yesus dengan sikap hidup kita. saat yang tepat untuk pemeriksaan diri sebelum masuk dalam Perjamuan Kudus dimana kita merayakan kasih Tuhan dan kemenangan-Nya atas maut.

Sejarah dan perkembangan perayaan Perjamuan Kudus.
Di masa reformasi, ketika gereja Protestan muncul, para Reformator seperti Johanes Calvin menekankan perlunya mengadakan Perjamuan mingguan. Namun jemaat yang umumnya berasal dari gereja Roma Katolik itu segan ikut Perjamuan terlalu sering, karena masih memandang roti dan anggur Perjamuan begitu sakral. Akhirnya diputuskanlah untuk mengadakan perjamuan minimal empat kali setahun, dengan harapan seiring berlalunya waktu, frekuensi Perjamuan dapat ditambah. Tiga dari empat perjamuan itu ditetapkan untuk diadakan pada puncak perayaan Kristen, yaitu Natal, Paska dan Pentakosta.

Pada saat Belanda membawa masuk kekristenan ke Indonesia, peraturan ini juga diberlakukan di gereja-gereja di Indonesia. Tata Gereja Belanda 1619 yang dipakai di Indonesia memuat aturan sebagai berikut: Perjamuan Tuhan harus diadakan sedapat mungkin dua bulan sekali. Bila keadaan gereja memungkinkan, akan mendatangkan kebaikan jika Pejamuan diadakan pada hari Paska, Hari Pentakosta, dan Hari Natal. ("Tata Gereja Belanda, 1619, butir 63" dlm.ibid.,h.392.).

Entah sejak kapan dan mengapa Perjamuan Kudus Paska ini digeser menjadi Perjamuan Kudus pada Jumat Agung. Mungkin munculnya dari tradisi lain (sebagian kecil gereja Lutheran) yang diadopsi di Indonesia. Bisa juga karena pertimbangan praktis (misalnya: tidak mungkin mengadakan Perjamuan pada Kamis Putih). Namun sampai saat ini belum ada penjelasan yang tuntas akan hal ini. Yang jelas, tradisi penyelenggaraan Perjamuan Kudus pada hari Jumat Agung sebenarnya tidaklah tepat. Rasanya kita perlu mengembalikanya menjadi Perayaan Iman Terbesar, yaitu pada Hari Paska. Memang akan terasa aneh bagi kita yang telah menjalankan tradisi perjamuan Kudus di Jumat Agung selama puluhan tahun. Namun demikian jika kita hanya menjaga sebuah tradisi tersebut mengandung kesalahan yang besar, rasanya akan lebih arif jika kita mengubah tradisi itu dengan alasan yang benar dan bertanggungjawab. Dengan cara ini kita nantinya akan lebih dapat menghayati seluruh kalender Masa Raya Paska secara lebih utuh. 

Jika kita menengok makna Perjamuan Kudus, kita ikut Perjamuan bukan semata-mata untuk mengingat Kristus yang menderita dan mati, namun lebih lagi untuk mengucap syukur atas Kristus yang bangkit dari maut pada Paska Kemenangan.

Selamat melaksanakan Perjamuan Kudus. Tuhan memberkati persiapan kita







Tidak ada komentar:

Posting Komentar