Jumat, 20 Juni 2014

Ucapan Terima kasih

Panitia Masa Raya Paska 2014 GKI Depok mengucapkan terima kasih buat Jemaat dan Simpatisan yang telah mengikuti rangkaian kegiatan Masa Raya Paska tahun 2014 ini yang dimulai pada ibadah Rabu Abu di tanggal 5 Maret 2014 dan berakhir pada ibadah Pentakosta di tanggal 8 Juni 2014.

Terima kasih juga kepada yang telah membaca blog ini sehingga bisa mengikuti kegiatan Masa Raya Paska 2014 dengan membaca informasi dan melihat gambar-gambar kegiatan di Blog ini.

Sampai bertemu di kegiatan Masa Raya Paska di tahun 2015.
Tuhan Yesus memberkati kita semua.


Continue Reading...

Senin, 09 Juni 2014

Ibadah Pentakosta

Ibadah Pentakosta diadakan pada hari Minggu tanggal 8 Juni 2014 yang dibagi ke dalam 3 jam ibadah.
Dalam ibadah Pentakosta ini sebelum prosesi masuk diadakan arak-arakan membawa hasil bumi dengan tarian ala minangkabau yang dibawakan oleh Sela dan Peter.

Dekorasi menggunakan buah-buahan dan sayuran dengan nuansa Bali. Ibadah pagi dan siang dipimpin oleh Pnt. Gogo Simatupang dan ibadah sore dipimpin oleh Pdt. Daniel Budiman. Kotbah ibadah menjelaskan mengenai makna pentakosta di mana selain turunnya ROh Kudus juga adalah panen dalam arti panen jiwa-jiwa yang diselamatkan.









Continue Reading...

Rabu, 04 Juni 2014

Pentakosta

PENTACOSTA

Pentakosta (Yunani : Penthkosth/j); terjemahan literer ”kelimapuluh”. Dalam tradisi Perjanjian Lama bangsa Yahudi, Pentakosta adalah hari perayaan yang dilaksanakan pada hari ke-”limapuluh” setelah Paska/panen hasil bumi. Artinya; Hari Raya Pentakosta merupakan pesta panen hasil bumi/hari raya syukur atas hasil bumi yang sudah Allah berikan.
Bagi orang Kristen dalam tradisi Perjanjian Baru, Pentakosta adalah pesta syukur turunnya Roh Kudus atas diri para Rasul (”murid-murid Kristus”) di Jerusalem (Kisah Para Rasul 2:5) pada hari ”kelimapuluh” sesudah Paska kebangkitan Yesus.
Dalam tradisi kepercayaan lahirnya Gereja, Pentakosta adalah hari kelahiran Gereja sebagai buah panen/hasil dari sikap percaya/beriman kepada Kristus yang bangkit yang mengaruniakan Roh Kudus (Yohanes 14:24-26 berelasi Kisah Para Rasul 1:8). Untuk hal inilah hari Pentakosta dirayakan dan dinyatakan sebagai hari Raya Gerejani besar.
Warna liturgis dalam perayaan Pentakosta adalah warna merah. Warna merah menunjukkan wujud lidah-lidah api yang disebutkan dalam kesaksian Kisah Para Rasul  2:2-13 sebagai karunia Roh Kudus yang diberikan bagi murid-murid Kristus dalam mewartakan Injil kepada seluruh bangsa dan segenap ciptaan.


(Sumber: A. Heuken SJ; Ensiklopedi Gereja III; Kons–Pe; Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta 1993, hal.344-345)






Continue Reading...

Kenaikan Tuhan Yesus

KENAIKAN TUHAN YESUS
Oleh R. 6090 S

Dalam tradisi Gereja, kenaikan Tuhan Yesus diperingati dan dirayakan 40 hari sesudah peristiwa Paska. Yesus yang disalibkan, wafat dan dimakamkan, bangkit dari antara orang mati dan dimuliakan (”duduk disebelah kanan Allah Bapa”). Kenyataan ini (berdasar cara bersaksi Matius–Paulus–Yohanes) sudah menjadi nyata dalam penampakan-penampakan Kristus sesudah kebangkitanNya, yang menyatakan kemenanganNya atas dosa dan maut. Penginjil Lukas (Kisah Para Rasul 1:1-14) menguraikan kenyataan yang sama dalam kisah tentang penampakan Yesus selama 40 hari yang diakhiri dengan penampakan khusus (pengutusan kepada para murid Kisah Para Rasul 1:8).
Secara teologis, makna kenaikan ingin menyampaikan maksud yang secara sederhana dapat kita pahami; murid-murid yang tetap percaya kepada Yesus ditetapkan sebagai ”saksi-saksi” bahkan dalam rancangan yang ditentukan Allah sebelumnya (Kisah Para Rasul 10:41). Oleh karena misi penebusan Yesus yang konkrit di bumi ini sudah selesai, maka makna teologis selanjutnya hendaknya dapat kita pahami; mengapa Yesus disaksikan oleh murid-murid naik ke Surga? Hal ini untuk menunjukkan keyakinan; Yesus yang naik ke atas, kembali ke ”tempat” darimana Ia berasal (secara Teologis dipahami bahwa Surga adalah tempat kediaman Allah). Hal ini sekaligus juga bertujuan mengarahkan ”harapan” kemana tujuan akhir iman orang-orang percaya bermuara (gambaran yang dinyatakan Yohanes 14:2 untuk menyiapkan ”tempat kediaman abadi” bagi murid-muridNya).
Peristiwa kenaikan Yesus juga tidak kita pahami sebagai keterpisahan Yesus dari murid-muridNya, karena pada kenyataan dasar pemahaman kita, Kristus tidak terpisah dari umatNya, tetapi cara kehadiranNya selanjutnya, ada dalam wujud ”Roh Kudus” (yang akan bersaksi tentang Aku (Kristus), tetapi kamu juga harus memberi kesaksian!” Yohanes 15:26).



(sumber: A. Heuken SJ; Ensiklopedi Gereja II; H–Konp; Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta 1992, hal.286-287)
Continue Reading...

Rabu, 16 April 2014

Minggu Prapaska VI

Minggu prapaska VI atau biasa dikenal dengan minggu palmarum merupakan minggu terakhir dari prapaska yang nantinya ditandai dengan pekan suci paska.

Minggu prapaska VI di GKI Depok dihadiri meriah oleh banyak jemaat dengan melambaikan daun palem menyambut kedatangan Yesus di Yerusalem yang ditandai dengan prosesi para panitia menggunakan pakaian adat.

Continue Reading...

Jumat, 04 April 2014

Sejarah Telur Paskah

Artikel Seputar Paska

Sejarah Telur Paskah




Paskah Kristen senantiasa dicirikan dengan telur Paskah. Sejarah telur Paskah ini beragam. Ada yang mengatakan dari tradisi kesuburan kaum Indo-Eropa dan Persia. Kala itu orang biasa saling menghadiahkan telur pada saat perayaan musim semi, yang bagi mereka juga menandai dimulainya tahun yang baru.
Ada juga yang mengatakan sejarah telur Paskah dari Raja Edward I dari Inggris (1307). Yang lain mengatakan tradisi telur paskah berawal dari sebuah promosi perusahaan penghasil permen di Eropa, permen itu berbentuk telur menggunakan momen Paskah. Telur paskah juga diyakini berasal dari tradisi Amerika, di mana perayaan Paskah kerap dibarengi dengan migrasi Burung Undan yang meninggalkan banyak telur di kebun.

Makna Telur Paskah

1. Kebangkitan Kristus
Ritual Romawi mempunyai tata cara khusus untuk pemberkatan telur-telur Paskah:
“Kami mohon kepada-Mu, ya Tuhan, untuk menganugerahkan berkat-Mu atas telur-telur ini, menjadikannya makanan yang sehat bagi umat beriman, yang dengan penuh syukur menyantapnya demi menghormati Kebangkitan Tuhan kami Yesus Kristus.”
Makna telur Paskah yang terutama adalah menegaskan Kebangkitan Yesus Kristus. Sebagaimana Kristus bangkit dari kematian dan keluar dari kuburan (berbentuk bundar), begitupun dari dalam telur muncul anak ayam yang hidup. Media telur Paskah untuk memberitakan kebangkitan Yesus Kristus sangat efektif dan efisien di zaman sekarang, termasuk dikala penguasa dunia melarang Nama itu disebut.

2. Kehidupan Baru
Makna telur Paskah selanjutnya adalah adanya kehidupan baru. Kehidupan baru ini ditandai dengan menanggalkan manusia lama (keinginan daging) dan mengenakan manusia baru (hidup oleh Roh dan berbuah Roh). Bagi para leluhur kita yang belum mengenal ajaran Kristiani, sungguh merupakan peristiwa yang menakjubkan menyaksikan suatu makhluk hidup yang baru muncul dari suatu obyek yang tampaknya mati. Kehidupan baru ini mengingatkan umat Kristen untuk hidup dalam kasih Tuhan dan menghasilkan buah-buah Roh dalam kehidupan ini (kasih & buah Roh, lih. 1Kor 13:1-13, Gal 5:22-26).

3. Pengorbanan Ceria
Telur paskah bermakna pengorbanan ceria berdasarkan keceriaan Tuhan berkorban demi kebahagiaan umat manusia. Pengorbanan ceria ini dipraktekkan para orangtua ketika merelakan telur ayam diberikan kepada anak-anak sebagai hadiah Paskah. Kebiasaan ini berakar kuat di Jerman di mana telur-telur disebut “Dingeier” (telur-telur yang “dihutang”). Berikut adalah salah satu pantun anak-anak Austria ketika minta telur Paskah:

“Kami menyanyi, kami menyanyi lagu Paskah: Tuhan membuatmu sehat, kuat dan pintar. Penyakit dan badai dan segala yang jahat kiranya jauh dari kerabat, dan ternak dan ladang. Sekarang, berilah kami telur, yang hijau, yang biru dan yang merah; jika tidak, anak-anak ayammu akan mati semuanya”.
Pengorbanan Ceria ini juga dipraktekkan orang-orang dewasa Irlandia. Mereka berbagi berkat dengan memberi hadiah telur ditentukan menurut peribahasa kuno di kalangan rakyat Irlandia:
“Satu telur untuk pria sejati; dua telur untuk pria terhormat; tiga telur untuk yang miskin; empat telur untuk yang termiskin/pengemis.”
Pengorbanan ceria ini tentu tidak hanya berlangsung pada masa Paskah. Umat Kristen Modern terpanggil menjadikan pengorbanan ceria (bukan dgn terpaksa/sungut) sebagai karakter diri setiap hari.

4. Pemulihan Paskah (lewati masa beku)
Di negri yang mengenal 4 musim, telur merupakan simbol pergantian musim dingin yang membekukan ke musim semi. Orang Persia biasa saling menghadiahkan telur pada saat equinox musim semi, yang bagi mereka juga menandakan dimulainya tahun yang baru. Telur Paskah bermakna pemulihan bagi orang yang mengalami kebekuan hati, kepahitan hati, atau kedukaan. Kasih kembali dihangatkan untuk menikmati indahnya kehidupan, bertumbuh dan berbunganya tumbuh-tumbuhan. Bila anda sedang melihat telur Paskah, sadarilah bahwa Tuhan sedang memulihkanmu. Kesadaran itu akan mengundang senyumanmu.

5. Pencerahan Paskah (masuk musim cerah)
Di kebanyakan negara, telur-telur diberi warna polos dengan pewarna dari tumbuh-tumbuhan. Di kalangan orang Chaldean, Syria dan Yunani, kaum beriman saling menghadiahkan telur-telur berwarna merah demi menghormati darah Kristus. Warna-warna cerah yang menghiasi telur Paskah bermakna pencerahan. Pencerahan ini kita butuhkan dalam kegelapan hati dan pikiran. Kecerahan hati dan pikiran akan membuat kita menikmati hidup ini dalam suka maupun duka.

So, makna telur Paskah begitu dalam. Mari, meriahkan Paskah seperti Natal (selama 40 hari masa Paskah) dengan cara sederhana namun bermakna: berbagi telur Paskah.

(sumber: paulusmtangke.wordpress.com)


Continue Reading...

Selasa, 01 April 2014

Minggu Prapaska IV

Pada minggu Prapaska IV dilaksanakan di dalam 3 jam ibadah dan semua dipimpin oleh Pdt. Martua Risman Kurniadi.

Pada minggu Prapaska IV ini panitia Masa Raya Paska menambahkan dekorasi berupa ranting yang ditempel beberapa origami, gantungan origami di pintu, dan juga kawat yang dibentuk ikan yang digantung dengan beberapa origami.

Selain itu juga Panitia mengadakan kelas membuat origami ke kelas-kelas Sekolah Minggu, dan kegiatan ini mendapatkan respond yang antusias dari anak-anak Sekolah Minggu maupun kakak guru Sekolah Minggu. Mereka ikut aktif dalam berpartisipasi dalam kegiatan masa saya paska dengan membuat origami bentuk ikan.

Sementara itu bagian publikasi juga membuat sticker yang bergambar logo masa raya paska yang diberikan ke semua jemaat di semua jam ibadah. Di bawah ini adalah gambar-gambar kegiatan minggu Prapaska IV terutama kegiatan kelas membuat origami di Sekolah Minggu.











Continue Reading...

Dekorasi Pra Paska IV

Pada minggu prapaska IV Panitia Masa Raya Paska membuat dekorasi berupa pot yang berisi ranting yang ditaruh di altar, gantungan origami dan juga ikan yang terbuat dari kawat yang nantinya akan diisi dengan origami.

Daun kering dipasang di rail balkon

Dekorasi berupa daun kering yang diletakkan di lantai altar, dan
kain penutup meja, piano, organ warna ungu

Ranting kering yang dipasang di pot di altar yang ditempelkan beberapa origami 

Origami yang digantung di pintu samping

Continue Reading...

Senin, 24 Maret 2014

Ibadah Prapaska III

Pada tanggal 23 Maret diadakan ibadah Prapaska III yang dilasanakan di 3 jam ibadah baik jam 06.00, 10.00 maupun 18.00.

Dalam ibadah Prapaska III juga panitia membuatkan meja informasi beserta dengan banner di meja informasi. Pantia juga menyiapkan meja untuk pembuatan origami dengan kali ini membuat bentuk ikan yang disesuaikan dengan bentuk ICHTUS yang biasanya ada pada setiap masa prapaska.

Terlihat di gambar-gambar di bawah ini bagaimana antusiasme para jemaat dalam memaknai prapaska dengan ikut mengambil bagian dalam membuat origami yang nantinya akan dipajang di gereja.










Continue Reading...

Jumat, 14 Maret 2014

Bendera ungu bergambar ikan



Salah satu ikon yang kerap terlihat di gereja-gerja pada masa pra-paska adalah bendera berwarna ungu bergambar ikan. 

Ikan adalah salah satu bentuk tanda gambar kesenian Kristen yang tertua, sebab aksara Yunani ichthus diterima sebagai akrostik untuk Iesous Christos Theou Huios Soter yang berarti Yesus Kristus Anak Allah Juruselamat. Murid-murid pertama Yesus berhubungan erat dengan ikan: Yesus memilih beberapa nelayan untuk menjadi murid-murid-Nya dan menyatakan bahwa Ia akan menjadikan mereka "penjala manusia" (Matius 4:18-19 ; Markus 1:16-17). 

Ikan merupakan suatu tanda sandi rahasia di kalangan orang Kristen mula-mula yang mengalami penganiayaan; sehingga untuk menandai diri mereka sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus dipergunakan lambang ikan ini dalam berkomunikasi dan identifikasi diri. 

Dikisahkan bahwa selama era pengejaran dan penyiksaan umat Kristiani di awal munculnya kekristenan dan berdirinya gereja, seorang pengikut Kristus yang bertemu dengan orang yang baru dikenalnya akan menggambar sebuah lengkungan sederhana di atas tanah. Apabila orang lain tersebut adalah juga seorang Kristiani maka ia akan melengkapi gambar tersebut menjadi seekor ikan dengan menggambar lengkungan kedua. Apabila orang lain tersebut ternyata bukan seorang Kristiani, maka ketidak-jelasan gambar sebuah lengkungan tidak akan menghubungkan orang yang pertama tersebut sebagai seorang pengikut Kristus.


(diolah dari berbagai sumber oleh R 6090 S)
Continue Reading...

Kok Perjamuan Kudus diadakan pada hari Minggu Paska?




Mengapa perjamuan kudus diadakan pada hari Minggu Paska? Mengapa Perjamuan Kudus tidak diadakan di Kamis Putih atau di Jumat Agung? Kok kita beda dengan gereja lain?

Pertanyaan ini tidak jarang disampaikan oleh orang-orang kepada kita, atau mungkin kita juga termasuk orang-orang yang menanyakan akan hal itu dan masih belum mendapatkan jawaban yang jelas sehingga masih bertanya-tanya. Mari kita baca penjelasan di bawah ini:

Setiap Minggu adalah perayaan paska. Kita merayakan Paska sebagai peringatan akan kebangkitan Kristus. Peringatan itu bukan hanya berlangsung tahunan, namun mingguan. Setiap hari minggu adalah perayaan "paska kecil". Itulah sebabnya orang Kristen menggeser ibadah dari Sabtu (sabat) menjadi hari Minggu. Pada setiap ibadah Minggu (paska kecil) umat Tuhan selalu mengadakan perjamuan kudus. Mengapa? Karena pada hari Paska itulah murid-murid bertemu dengan Yesus yang bangkit lalu mengikuti perjamuan bersama Yesus.

Coba kita tengok kembali peristiwa Paska. Ketika Yesus bangkit, tidak ada seorang muridpun yang bertemu dengan Yesus di kubur. Hanya para perempuan yang berziarah ke kubur Yesus yang bertemu dengan-Nya. Para murid masih bersembunyi di balik pintu-pintu yang terkunci karena ketakutan. Tuhan Yesus baru menampakan diri kepada mereka di saat senja, yang berawal dari perjalanan dua orang murid menuju Emaus (Lukas 24:13-35). Yesus berjalan bersama mereka, namun mereka tidak sadar siapa Yesus karena ada sesuatu yang menghalangi mereka ( ayat 16). Menjelang malam Yesus diundang untuk tinggal bersama-sama dengan mereka (ayat 29). Ketika makan bersama, Yesus duduk makan bersama mereka, mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka (ayat 30), saat itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia (ayat 31). Perjamuan ini menjadi puncak pertemuan mereka dengan Kristus yang bangkit. Berbeda dengan  Perjamuan Malam Terakhir yang suasananya suram (karena Yesus akan disalib), Perjamuan Paska ini adalah perjamuan kemenangan, karena Kristus telah bangkit dari maut.

Disini kita melihat bahwa sejak semula, perayaan Perjamuan Kudus selalu terkait erat dengan Paska. Kalau sampai hari ini banyak gereja merayakan perjamuan setiap minggu karena setiap hari Minggu dipandang sebagai "paska kecil". Dalam tradisi eukumenis, dari semua Perjamuan Kudus sepanjang tahun, Perjamuan Kudus pada Hari Paska justru menjadi Feast of Feasts atau Perjamuan terbesar dari semua perjamuan, karena Paska adalah hari iman terbesar bagi orang percaya.

Yang menarik sejak dulu tradisi gereja secara eukumenis tidak mengenal Perjamuan Kudus pada hari Jumat Agung! Kalaupun ada Perjamuan untuk memperingati kematian Kristus, diadakannya pada hari Kamis malam, bukan pada hari Jumat. Mengapa? Karena memang Yesus mengadakan perjauan terakhir pada malam sebelum Ia disalibkan. Jika kita berkata bahwa kita mengadakan Perjamuan Kudus di Jumat Agung dengan tujuan untuk memperingati Perjamuan Terakhir yang pernah Yesus adakan bersama kedua belas murid, maka penempatan di hari Jumat Agung tidak tepat. Mengapa baru diadakan hari Jumat? Bukankah pada hari Jumat Yesus sudah disalibkan? Bagaimana mungkin kita bisa makan dan minum pada saat memperingati kematian Sang Juruselamat? 

Jumat Agung sebagai momen pemeriksaan diri (Censura Morum). 
Jumat Agung adalah peringatan dan pengorbanan diri Yesus sebagai korban tebusan bagi dunia. Pada peringatan Jumat Agung kita kembali membaca dan mendengarkan kisah pergumulan Yesus di Taman Getsemani, penangkapan-Nya, pengadilan-Nya, sampai Ia disalibkan dan mati. Kisah yang menunjukkan betapa kasih Tuhan pada kita. Peristiwa ini menjadi saat yang tepat untuk membandingkan teladan Yesus dengan sikap hidup kita. saat yang tepat untuk pemeriksaan diri sebelum masuk dalam Perjamuan Kudus dimana kita merayakan kasih Tuhan dan kemenangan-Nya atas maut.

Sejarah dan perkembangan perayaan Perjamuan Kudus.
Di masa reformasi, ketika gereja Protestan muncul, para Reformator seperti Johanes Calvin menekankan perlunya mengadakan Perjamuan mingguan. Namun jemaat yang umumnya berasal dari gereja Roma Katolik itu segan ikut Perjamuan terlalu sering, karena masih memandang roti dan anggur Perjamuan begitu sakral. Akhirnya diputuskanlah untuk mengadakan perjamuan minimal empat kali setahun, dengan harapan seiring berlalunya waktu, frekuensi Perjamuan dapat ditambah. Tiga dari empat perjamuan itu ditetapkan untuk diadakan pada puncak perayaan Kristen, yaitu Natal, Paska dan Pentakosta.

Pada saat Belanda membawa masuk kekristenan ke Indonesia, peraturan ini juga diberlakukan di gereja-gereja di Indonesia. Tata Gereja Belanda 1619 yang dipakai di Indonesia memuat aturan sebagai berikut: Perjamuan Tuhan harus diadakan sedapat mungkin dua bulan sekali. Bila keadaan gereja memungkinkan, akan mendatangkan kebaikan jika Pejamuan diadakan pada hari Paska, Hari Pentakosta, dan Hari Natal. ("Tata Gereja Belanda, 1619, butir 63" dlm.ibid.,h.392.).

Entah sejak kapan dan mengapa Perjamuan Kudus Paska ini digeser menjadi Perjamuan Kudus pada Jumat Agung. Mungkin munculnya dari tradisi lain (sebagian kecil gereja Lutheran) yang diadopsi di Indonesia. Bisa juga karena pertimbangan praktis (misalnya: tidak mungkin mengadakan Perjamuan pada Kamis Putih). Namun sampai saat ini belum ada penjelasan yang tuntas akan hal ini. Yang jelas, tradisi penyelenggaraan Perjamuan Kudus pada hari Jumat Agung sebenarnya tidaklah tepat. Rasanya kita perlu mengembalikanya menjadi Perayaan Iman Terbesar, yaitu pada Hari Paska. Memang akan terasa aneh bagi kita yang telah menjalankan tradisi perjamuan Kudus di Jumat Agung selama puluhan tahun. Namun demikian jika kita hanya menjaga sebuah tradisi tersebut mengandung kesalahan yang besar, rasanya akan lebih arif jika kita mengubah tradisi itu dengan alasan yang benar dan bertanggungjawab. Dengan cara ini kita nantinya akan lebih dapat menghayati seluruh kalender Masa Raya Paska secara lebih utuh. 

Jika kita menengok makna Perjamuan Kudus, kita ikut Perjamuan bukan semata-mata untuk mengingat Kristus yang menderita dan mati, namun lebih lagi untuk mengucap syukur atas Kristus yang bangkit dari maut pada Paska Kemenangan.

Selamat melaksanakan Perjamuan Kudus. Tuhan memberkati persiapan kita







Continue Reading...

Segala sesuatu yang perlu diketahui tentang Masa Pra Paska



Apa itu masa prapaska?
Masa Pra Paska adalah masa 40 hari sebelum paska, yang digunakan gereja untuk mempersiapkan diri dalam merayakan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus pada hari minggu paska

Kapan masa prapaska dimulai?
Masa Prapaska dimulai pada hari Rabu Abu, yaitu hari di manaumat percaya menerima tanda salib dari abu di dahi. Masa Prapaska berakhir pada siang hari Sabtu Sunyi. Lima hari minggu prapaska tidak terhitung dalam masa 40 hari tersebut

Mengapa orang percaya membubuhi dahinya dengan tanda salib pada hari Rabu Abu?
Sebab menurut Alkitab tanda di dahi adalah lambang kepemilikan seseorang. Dengan tanda salib di dahinya melambangkan bahwa orang tersebut adalah milik Yesus Kristus, yang mati di kayu salib.
Tanda itu serupa dengan tanda rohani atau materai yang dimateraikan dalam Baptisan Kristiani yaitu ketika manusia dibebaskan dari perbudakan dosa, serta dijadikan hamba kebenaran (Roma 6:3-18) Tanda yang serupa dengan gambaran orang-rang benar di kitab Wahyu 7:3 "Janganlah merusak bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memateraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!"

Mengapa diberi tanda dengan abu?
Abu juga melambangkan kematian yang mengingatkan kita kan ketidakabadian kita. Karenanya ketika imam dengan ibu jarinya membubuhkan abu di kening jemaat, ia akan mengatakan "Ingatlah manusia berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu", seperti yang difirmankan Tuhan kepada Adam (Kej 3:19; Ayub 34:15; Mazmur 90:3; Mazmur 104:29; Pengkotbah 3:20). Perkataan tersebut diucapkan juga ketika dalam pemakaman, "Abu menjadi abu, debu menjadi debu", sesuai Firman Tuhan kepada Adam, dan sesuai dengan pengakuan Abraham "aku debu dan abu" (Kejadian 18:27). Demikianlah abu menjadi tanda ketidakabadian kita serta mengingatkan kita akan pentingnya bertobat sebelum hidup kita di dunia ini berakhir dan kita menghadap Sang Pencipta.

Berasal dari manakah Abu yang dipakai pada Rabu Abu?
Abu tersebut dibuat dengan membakar daun-daun palma yang berasal dari Hari Minggu Palma di tahun sebelumnya. Daun-daun palma tersebut kemudian diberkati oleh imam, abu yang telah diberkati telah digunakan dalam ritual keagamaan sejak jaman nabi Musa (Bilangan 19:9-10,17).

Mengapa daun-daun palma yang berasal dari Hari Minggu Palma tahun sebelumnya yang digunakan?

Sebab hari Minggu Palma adalah saat rakyat bersukacita menyambut Tuhan Yesus dan memasuki Yerusalem dengan jaya. Mereka menyambut kedatanganNya dengan melambaikan daun-daun palma. Sedikit diantara mereka yang menyadari bahwa Ia datang untuk wafat guna menebus dosa-dosa mereka. Dengan menggunakan daun-daun Minggu Palma, gereja hendak mengingatkan bahwa kita selayaknya tidak hanya bersukacita atas kedatangan Tuhan Yesus, tetapi juga menyesali kenyataan bahwa karena dosa-dosa kitalah maka Ia harus wafat bagi kita guna menyelamatkan kita dari api neraka.

Mengapa hari minggu tidak terhitung dalam 40 hari masa prapaska?

Sebab hari minggu adalah hari Kebangkitan Kristus, jadi hari minggu bukanlah saat yang tepat untuk berpuasa dan menyesali dosa-dosa kita. Pada hari Minggu kita wajib merayakan Kebangkitan Kristus demi keselamatan kita. Pada hari Jumat-lah kita mengenang wafat-Nya demi menebus dosa-dosa kita. Setiap Hari Minggu sepanjang tahun adalah hari-hari pesta dan hari jumat sepanjang tahun adalah hari-hari tobat.

Mengapa Prapaska berlangsung selama 40 hari lamanya?

Sebab 40 hari adalah angka yang diyakini dalam Kitab Suci sebagai waktu untuk pendisiplinan diri, penyembahan serta persiapan. Musa tinggal di gunung Allah selama 40 hari (Keluaran 24:18; 34:28), Elia berkelana selama 40 hari sebelum ia tiba di gua di mana ia mendapat penglihatan (1 Raja-raja 19:8), Niniwe diberi waktu selama 40 hari untuk bertobat ((Yunus 3:4), dan yang terutama, sebelum memulai karya pewartaan-Nya, Yesus melewatkan 40 hari di padang gurun untuk berdoa dan berpuasa (Matius 4:2).
Karena masa prapaska adalah masa untuk berdoa dan berpuasa, maka selayaknyalah kita meneladani Tuhan dengan masa 40 hari lamanya. Kristus menghabiskan 40 hari dengan berdoa dan berpuasa untuk mempersiapkan karya pewartaan-Nya, yang mencapai puncaknya dengan wafat serta kebangkitan-Nya, jadi selayaknyalah kita meneladaniNya dengan masa 40 hari berdoa dan berpuasa untuk mempersiapkan perayaan puncak karya pewartaan-Nya, yaitu Jumat Agung (penyaliban-Nya) dan Minggu Paska (kebangkitan-Nya).

Kegiatan apa sajakah yang cocok dilakukan pada hari hari biasa sepanjang masa prapaska?
Menyangkal diri dari sesuatu yang kita sukai selama masa prapaska, melakukan tindakan berderma bagi sesama, berdoa dan berpuasa

Mengapa sikap tobat amat tepat dilakukan pada masa prapaska?

Karena masa prapaska berpuncak pada peringatan wafatnya Tuhan kita demi menebus dosa-dosa kita dan perayaan kebangkitan-Nya demi keselamatan kita. Oleh sebab itu amatlah tepat untuk menyesali dosa-dosa kita yang menyebabkan kematian-Nya. Manusia mempunyai pembawaan kejiwaan untuk berdukacita atas peristiwa-peristiwa yang menyedihkan, dan dosa-dosa kita adalah peristiwa-peristiwa yang paling menyedihkan. Karena sifat manusia yang lemah, manusia juga memerlukan waktu yang tetap untuk melakukan kegiatan tertentu - itulah sebabnya kita menetapkan hari Minggu sebagai sebagai waktu yang dikhususkan untuk beristirahat dan beribadah, karena jika tidak, kemungkinan besar kita akan lupa untuk meluangkan cukup waktu untuk beristirahat serta beribadah - karenanya sangatlah tepat untuk memiliki waktu tetap untuk bertobat. Masa prapaska adalah salah satu dari waktu-waktu yang ditetapkan tersebut.

Apakah kebiasaan menyangkal dari dari hal-hal tertentu selama masa prapaska itu wajib?
Tidak, namun demikian kebiasaan itu adalah kebiasaan yang baik serta bermanfaat.

Karena hari Minggu tidak terhitung dalam 40 hari masa prapaska, apakah kebiasaan menyangkal diri dari hal-hal tertentu juga berlaku?

Biasanya tidak. Tetapi, karena menyangkal diri dari hal-hal tertentu bermula dari sesuatu yang sifatnya sukarela, maka tidak ada aturan yang baku dan resmi mengenai hal ini. Namun demikian, karena hari Minggu adalah perayaan. lebih tepat untuk menunda penyangkalan diri tersebut pada hari Minggu. Dengan iman dan tidak dengan berhura-hura, kita merayakan hari kebangkitan Tuhan kita, sehingga hari itu dan peristiwa itu dapat dibedakan dengan hari-hari lain sepanjang masa prapaska dan dari pesta-pesta lainnya. Perbedaan yang mencolok ini memperdalam makna rohani yang diajarkan sepanjang masa prapaska

Selain hari Rabu Abu yang menandai dimulainya masa prapaska, adakah perayaan-perayaan pentingnya dalam masa prapaska?
Hari-hari Minggu dalam masa prapaska kita menganangkan peristiwa-peristiwa penting dalam hidup Tuhan Yesus, seperti transfigurasi-Nya dan Yesus memasuki Yerusalem dengan jaya pada hari Minggu Palma yang menjadi tanda dimulainya pekan suci. Sedangkan pekan suci mencapai puncaknya pada hari Kamis Putih - dimana Yesus mengadakan perjamuan, Jumat Agung - dimana Yesus disallibkan, dan Sabtu Sunyi - hari terakhir dalam masa prapaska dimana Yesus terbaring di makam sebelum kebangkitan-Nya pada hari Minggu Paska, yaitu hari pertama sesudah masa prapaska.













Continue Reading...

Jumat, 07 Maret 2014

Puasa Paska


Dalam masa waktu Pra-Paska, umat Kristen melakukan tiga bentuk pelatihan spiritualitas Pra-Paska yaitu; berdoa–berpuasa–berderma. Doa adalah tindakan menghubungkan diri dengan Tuhan. Doa dalam tindakan kesadaran mencakup pengucapan syukur, pengakuan dosa, syafaat, permohonan.
Puasa berasal dari dua kata dalam bahasa Sansekerta; upa dan wasa. Upa, semacam perfiks yang berarti dekat. Wasa berarti Yang Maha Kuasa. Jadi Upa-Wasa atau ”puasa” dapat diartikan mendekatkan diri dengan Tuhan atau mengarahkan diri kepada Tuhan. Salah satu wujud tindakan berpuasa adalah tidak makan dan minum ataupun mengendalikan diri dari suatu laku atas hal tertentu, misalkan; berpantang merokok, dlsb. Dalam kekristenan, puasa dilakukan bukan hanya sekedar bertujuan diet untuk melangsingkan tubuh ataupun detoksifikasi, juga bukan hanya sekedar berpantang. Diet dan berpuasa itu dua hal yang berbeda. Diet hanya pengendalian jasmani lahiriah saja, sedangkan puasa adalah olah spiritual bagi “Jiwa dan Raga”. Jadi puasa bukan hanya sekedar pemaknaan agar menahan diri dari makan dan minum ataupun berpantang sesuatu hal tertentu saja, melainkan sikap memusatkan jiwa dan raga dalam perhatian yang tertuju kepada Allah. Dalam kekristenan, puasa dilakukan secara sukarela, baik secara komunal maupun personal. Salah satu tujuan hikmat berpuasa dimasa Pra-Paska adalah membarui sikap iman melalui pelatihan spiritualitas Pra-Paska. Puasa dengan segala tata caranya bertujuan mengarahkan sikap laku diri kepada Allah. Dalam bentuk konkret dari kehidupan doa dan puasa pada kenyataannya terwujud laku derma




Seorang filsuf dan apologis: Aristides dari Athena (±140) menuliskan tentang sikap yang baik bagi seorang Kristen: ”Jikalau terdapat orang miskin atau orang kekurangan di antara kamu dan jika kamu tidak mempunyai makanan sama sekali, maka kamu dapat berpuasa selama dua tiga hari agar dapat memberikan makanan kepada mereka yang membutuhkan”.
Dalam masa Pra-Paska diharapkan kita juga dapat melakukan Aksi Puasa Paska. Menyisihkan sebagian dari berkat Tuhan yang kita terima untuk kita kumpulkan bersama. Hasil dari pengumpulan Aksi Puasa Paska selanjutnya akan disalurkan oleh Majelis Jemaat GKI Depok dalam bentuk Aksi Peduli Sosial kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan.
Selamat menjalani olah laku spiritualitas Pra-Paska. 






Continue Reading...

Kamis, 06 Maret 2014

Pembuatan dekorasi origami tempat telur paskah bekerja sama dengan Komisi Usia Lanjut

Pada hari Kamis pagi, 6 Maret 2014 dilanjutkan pembuatan origami, yang kali ini dihadiri oleh para lansia, yang kebetulan pada hari yang bersamaan diadakan ibadah Komisi Usia Lanjut, sehingga setelah selesai ibadah para lansia langsung ambil bagian dalam pembuatan origami untuk tempat telur paskah.
Semoga kegiatan ini bisa terus dijalankan dengan melibatkan lebih banyak unsur jemaat kita.

Di bawah ini adalah gambar dari kegiatan membuat origami untuk tempat telur paskah:









Continue Reading...

Ibadah Rabu Abu

Ibadah rabu abu dilaksanakan pada hari Rabu, 5 Maret 2014 mulai pukul 19.30 WIB.
Sebelum ibadah kita menjumpai seorang pemuda yang melakukan aksi teartikal di depan pintu masuk gereja dengan menaburkan abu di tubuhnya yang melambangkan bahwa kita berasal dari debu dan akan kembali lagi menjadi debu, oleh karena itu kita harus bertobat dari segala dosa kita

Ketika kita memasuki gereja kita mendapati suasana yang sunyi dengan lampu yang tidak dinyalakan semua alias temaram.Ketika prosesi masuk diawali dengan suara lonceng 12 kali.

Dalam kotbah rabu abu yang dibawakan oleh Pendeta Daniel Budiman mrenceritakan tentang karya penebusan Tuhan bagi manusia yang dijelraskanr dari video clip yang menceritakan orang tua yang bekerja sebagai penjaga palang pintu kereta di mana dihadapkan pada 2 pilihan, yaitu menyelematkan anaknya yang jatuh di perlintasan pintu dan mengorbankan ribuan penumpang kereta atau menyelamatkan ribuan penumpang kereta dan mengorbankan anaknya sendiri. Orang tua itu memilih pilihan ke dua sambil menangisi kepergian anaknya secara tragis di rel kereta tanpa diketahui oleh semua penumpang kereta. Kita adalah gambaran dari penupang kereta itu dan Tuhan adalah gambaran dari bapak tua penjaga pintu kereta yang mengorbankan anaknya untuk keselamatan semua orang. Biarlah melalui ibadah rabu abu ini kita bisa memaknai betapa pentingnya untuk berterima kasih atas karya penebusan Tuhan di kayu salib dengan cara bertobat dan hidup menurut firmanNya. Setelah kotbah maka pendeta menerakan abu di dahi sebagian penatua lalu dilanjutkan penatua menerakan dahi ke jemaat dan selanjuntya sampai semua menerima peneraan abu di dahi yang melambangkan bahwa kita mau bertobat, menyesali atas dosa-dosa yang telah kita perbuat dan mohon ampun kepada Tuhan.

Ibadah rabu abu kali ini dihadiri oleh 200-an jemaat dan simpatisan, suatu jumlah yang jauh lebih banyak dibanding yang hadir di tahun-tahun sebelumnya. Semoga di tahun yang akan datang banyak jemaat bisa ikut aktif dalam setiap rangkaian kegiatan pra paska dan dapat berkat dari pemaknaan yang benar akan kegiatan-kegiatan masa pra paska ini.


Peneraan abu di dahi

Aksi teatrikal menaburkan abu di tubuh

Peneraan abu di dahi





Continue Reading...

Selasa, 04 Maret 2014

Persiapan Ibadah Rabu Abu

Pada hari selasa malam, 4 Maret 2014 diadakan persiapan menjelang ibadah Rabu abu. Persiapan meliputi dekorasi, perlengkapan dan yang terutama adalah detail jalannya ibadah nanti. Selain persiapan diatas juga diadakan Gladi Resik ibadah yang dilakukan oleh Majelis Jemaat bersama dengan panitia. Persiapan ini berlangsung dari jam 20.30 - 22.30. Semoga ibadah rabu abu besok dapat berjalan dengan lancar.







Continue Reading...